Ada Dosa Besar yang Sering Dianggap Ringan Tapi Tak Bisa Dihapus dengan Sholat, Puasa dan Haji, Apa Itu?

4 Juli 2023, 21:41 WIB
Ada Dosa Besar yang Sering Dianggap Ringan Tapi Tak Bisa Dihapus dengan Sholat, Puasa dan Haji, Apa Itu?/instagram @shahihfiqih /


PORTAL SULUT - Ada dosa besar namun sering dianggap ringan oleh manusia. Dosa ini tak bisa dihapus dengan sholat, sedekah, puasa maupun haji.

Ini seperti dikutip dari instagram @shahihfiqih. "Sungguh, jenis dosa ini termasuk yang paling banyak membinasakan," tulisnya.

Baca Juga: Baca Doa Pamungkas Ini, Insyaallah Rezeki Ikutan Luas, Hutang Lunas Kata Habib Novel Alaydrus

Lantas bagaimana cara menghapus dosa besar ini? dan perbuatan apakah itu? cek di sini.

Dosa tersebut adalah ghibah.

Ghibah adalah istilah yang cukup sering digunakan dalam percakapan sehari-hari.

Ghibah artinya adalah perbuatan yang membicarakan keburukan seseorang yang tidak ada atau tidak terlibat dalam pembicaraan.

Dengan kata lain, ghibah artinya perbuatan membicarakan keburukan atau aib orang lain tanpa sepengetahuan orang yang bersangkutan. Dalam kehidupan sehari-hari, ghibah disebut juga bergunjing atau gosip.

Menurut ajaran agama Islam, ghibah adalah salah satu bentuk akhlak yang tercela, karena ghibah adalah salah satu perbuatan yang dibenci Allah SWT, sehingga pelakunya akan mendapatkan dosa.

Baca Juga: Selama 1 Minggu, Rutinkan Amalan Ini, Hajat Besar Apapun Pasti Dikabulkan Allah! Kata Habib Novel Alaydrus

Buya Yahya mengingatkan bahwa ghibah dianggap sebagai perbuatan yang sangat tercela dalam Islam.

“Menggunjing adalah saat dimana anda menyebut sesuatu apa yang terjadi pada seseorang yang jika ia mendengar maka ia tidak akan senang,” kata Buya Yahya, sebagaimana dikutip dari kanal YouTube Al-Bahjah TV.

“Ini dosa besar, jika yang digunjing zina maka dosa yang ditanggung ya sebesar itu, menggunjing itu penyakit buruk” tambah Buya Yahya.

“Jika anda punya iman, anda punya hati, saat mendengar berita tetangga yang berzina maka anda akan menangis. Anda tak sempat menceritakan. Mungkin Anda malah mengatakan kepada Allah ya Allah tetangga saya berzina maafkan dan tutupi aibnya, itu Anda istimewa,” tandas Buya Yahya.

Namun Buya Yahya menyayangkan sifat dasar manusia yang bahkan terkadang setelah shalat ia lantas membicarakan aib saudaranya.

Dikutip dari islam.nu.or.id, Imam Al-Ghazali menyebutkan sejumlah cara atau langkah yang harus ditempuh bagi orang yang terlanjur melakukan dosa ghibah.

اعلم أن الواجب على المغتاب أن يندم ويتوب ويتأسف على ما فعله ليخرج به من حق الله سبحانه ثم يستحل المغتاب ليحله فيخرج من مظلمته

وينبغي أن يستحله وهو حزين متأسف نادم على فعله

Artinya: “Ketahuilah, orang yang melakukan ghibah wajib menyesal, bertobat, dan bersedih atas perbuatan ghibahnya agar ia dapat keluar dari hak Allah, kemudian ia meminta maaf kepada orang yang dighibahkan agar korban merelakannya sehingga ia dapat keluar dari dosa kezalimannya. Ia seyogianya meminta maaf kepada orang yang dighibahkan untuk merelakannya dengan keadaan bersedih dan menyesal atas perbuatannya,” (Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439 H-1440 H], juz III, halaman 158).

Baca Juga: Selama 1 Minggu, Rutinkan Amalan Ini, Hajat Besar Apapun Pasti Dikabulkan Allah! Kata Habib Novel Alaydrus

Adapun permohonan ampun (istighfar) oleh pelaku ghibah untuk korban ghibah sangat dianjurkan sebagai kafarat atau penebus dosa ghibah. Mendoakan korban merupakan salah satu jalan kafarat sebagaimana hadits berikut ini:

قال رسول الله صلى الله عليه و سلم كفارة من اغتبته أن تستغفر له

Artinya, “Rasulullah saw bersabda, ‘Kafarat (penebusan dosa) terhadap orang yang kau ghibahkan adalah kau memintakan ampunan Allah (istighfar) untuknya,’” (HR Ibnu Abid Duniya dan Musnad Harits bin Abi Usamah).

Orang yang membawa dosa ghibah tanpa penebusan akan diadili di akhirat. Pelaku kezaliman berupa ghibah salah satunya akan dituntut untuk membayar kezalimannya dengan pahala yang dia punya. Kelak ketika pahalanya habis dan tidak ada lagi pahala untuk menebus kezalimannya, dosa korban akan ditimpakan kepada pelaku. Betapa malangnya nasib orang-orang zalim sebagaimana riwayat hadits berikut ini:

روي أنه صلى الله عليه و سلم قال من كانت لأخيه عنده مظلمة في عرض أو مال فليستحللها منه من قبل أن يأتي يوم ليس هناك دينار ولا درهم إنما يؤخذ من حسناته فإن لم يكن له حسنات أخذ من سيئات صاحبه فزيدت على سيئاته

Artinya: “Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda, ‘Siapa saja yang menyisakan kezaliman harga diri atau harta pada saudaranya, hendaklah ia meminta maaf kepada saudaranya sebelum tiba hari di mana tidak ada lagi dinar dan dirham. Kelak pahala pelaku ghibah akan diambil (untuk korban ghibahnya). Jika pelaku tidak lagi memiliki pahala, maka dosa korban akan diambil dan dipindahkan ke dalam catatan dosa pelaku, ’” (HR Muttafaq alaih).

Adapun permohonan maaf (istihlal) kepada korban wajib dilakukan sekiranya ia mampu dan tidak menimbulkan respons negatif. Sekiranya korban akan naik pitam dan berbuat kalap, permohonan maaf sebaiknya tidak dilakukan. Tetapi ia harus mengkompensasinya dengan istighfar, doa, dan amal ibadah lain yang pahalanya dimaksudkan untuk korban.

فإذن لا بد من الاستحلال إن قدر عليه فإن كان غائبا أو ميتا فينبغي أن يكثر له الاستغفار والدعاء ويكثر من الحسنات

Artinya: “Kalau begitu, permintaan maaf pelaku (agar korban sudi merelakan ghibah terhadapnya) harus dilakukan jika mampu. Tetapi jika posisi korban entah di mana atau sudah meninggal, maka pelaku seharusnya memperbanyak istighfar, doa, dan kebaikan (yang pahalanya dimaksudkan) untuk korban ghibah,” (Al-Ghazali, 2018 M/1439 H-1440 H: III/158).***

Editor: Harry Tri Atmojo

Tags

Terkini

Terpopuler