PORTAL SULUT – Dalam sebuah tausiyah Gus Baha menegaskan agar musibah alam jangan disebut azab.
Ini juga berlaku terhadap gempa berkekuatan 7.8 magnitudo di negara Turki baru-baru ini.
Gus Baha mengingatkan bahwa azab Allah dan gempa bumi atau bencana alam lain adalah dua hal berbeda.
Namun demikian kenapa kiranya gempa bumi bukanlah azab? Simak keterangan lengkap murid Mbah Moen tersebut di sini.
KH Ahmad Bahauddin Nursalim yang akrab disapa Gus Baha adalah ulama kharismatik Nusantara.
Gus Baha dalam sebuah tausiyah menjelaskan fenomena alam seperti bencana alam.
Di samping banjir bandang, badai, ada juga bencana alam berupa gempa bumi.
Sayang sekali banyak gempa bumi yang dinilai sebagai azab dari Allah oleh beberapa orang.
Ini sering dikaitkan dengan musibah yang diturunkan Allah kepada para umat Nabi di zaman silam.
Padahal semua umat muslim yang baik jangan langsung beranggapan gempa sebagai azab.
Allah memang Maha Kuasa menjatuhkan azab tapi rahmat Allah jauh lebih luas daripada murka Allah.
Al-Quran menegaskan:
“Tidak ada sesuatu musibah yang menimpa (seseorang); kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa beriman kepada Allah , niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya.
Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (At-Taghabun: 11).
Gus Baha berkata bahwa tidak boleh mengatakan Allah menurunkan azab di suatu wilayah yang kena gempa bumi.
Tatkala Allah menjelaskan suatu peristiwa azab umumnya memakai dua macam cara.
Pertama, Allah menjelaskan kuasa-Nya menurunkan azab bisa dengan cara apapun, tak harus bencana apalagi gempa bumi.
Jadi Allah merpakan Dzat yang Maha Kuasa mendatangkan azab dari atas, semisal meteor.
“Tentu Allah mampu,” terang Gus Baha dalam sebuah ceramah.
Hal tersebut sebagaimana dinukil portalsulut.com dari Youtube Dakwah Digital diakses 11 Februari 2023.
Kedua, Allah selalu mengingatkan tentang potensi. Azab itu adalah potensi.
Dan potensi bisa terjadi kapan saja atau bisa saja tidak terjadi sama sekali.
Ada juga yang dikisahkan Allah sebagai faktual, inilah yang disebut dengan rahmat, yang pasti akan terjadi dan terus terjadi.
Allah memastikan diri-Nya sebagai pelaku rahmat bahkan Allah mewajibkan pada diri-Nya sendiri sebagai pemberi rahmat.
“Jadi kalau Allah menceritakan azab, itu hanya potensi. Bisa diazab bisa juga tidak,” terangnya.
“Allah (memakai) redaksi: ‘Aku mampu memberi azab’,” imbuh Gus Baha.
Bisa saja musibah yang menimpa seseorang mungkin itu tidak lebih dari kafarat (penghapus dosa).
Allah sanggup mengazab siapa saja. Dan kita tidak berhak menilai kalau itu azab karena dosa orang tersebut sebab itu urusan Allah.
Wallahualam.***