Terungkap! Inilah 3 Ulama Besar yang Disebut Sebagai Guru Para Walisongo

10 Desember 2022, 11:12 WIB
Walisongo /pecihitam.org/Nataliyah

PORTAL SULUT - Walisongo merupakan orang-orang yang dikenal karena telah menyebarkan ajaran islam terutama di Pulau Jawa.

Dengan ajaran yang humanis, mudah dipahami, serta tidak mudah mengusir kebiasaan dan menggusur budaya lokal, para Walisongo membuat islam dapat diterima masyarakat Jawa.

Walisongo kemudian disebut-sebut sebagai ujung tombak dalam islamisasi Jawa pada masa lalu.

Baca Juga: Inilah Amalan Terbaik dari yang Baik, Semua Masalah akan Beres, Jika Kerjakan Amalan Ini, Kata Syekh Ali Jaber

Sunan Gresik, Sunan Bonang, Sunan Ampel, hingga Sunan Gunung Jati telah membangun wilayah penyebaran islam masing-masing.

Selain membawa ajaran agama, para Walisongo sekaligus menjadi pembuka jalan bagi era kerajaan islam di pulau Jawa.

Namun ternyata sudah ada ulama penyebar islam di pulau Jawa sebelum para Walisongo.

Para Kyai di Jawa mengenal sejumlah nama ulama yang sudah lebih dulu menyebarkan islam di Jawa.

Para penyebar islam tersebut juga diduga sebagai Guru dari para Walisongo.

Sebagaimana yang dilansir Portalsulut.com di kanal YouTube BERBAGI TAHU pada Sabtu 10 Desember 2022, berikut 3 ulama yang disebut sebagai Guru para Walisongo

1. Syekh Jumadil Qubro

Nama Syekh Jumadil Qubro kerap disebut sebagai guru para Walisongo.

Dalam buku Atlas Walisongo karya Agus Sunyoto disebutkan bahwa Syekh Jumadil Qubro adalah ayah dari Sunan Gresik dan kakek buyut dari Sunan Bonang dan Sunan Drajat.

Menurut salah satu versi, dia lahir di salah satu desa yang ada di Uzbekistan pada pertengahan abad ke 14 dengan nama Jamaluddin al Husain al Akbar.

Semenjak kecil Syekh Jumadil Qubro mendapatkan pendidikan agama islam dari ayahnya yang bernama Sayyid Zainul Khusen.

Setelah dewasa dia kemudian pergi ke India untuk belajar tasawuf dan ilmu agama lainnya.

Dari India, dia kemudian memperdalam ilmunya di Makkah.

Berbagai ilmu islam diterima dari sejumlah Ulama besar yang berada di Makkah dan Madinah.

Dalam buku Sejarah Islam Nusantara, Syekh Jumadil Qubro menikah dengan seorang putri dari Uzbekistan.

Dari hasil pernikahan tersebut dikaruniai tiga orang putra yaitu Maulana Malik Ibrahim, Ibrahim Asmaragandi, dan Maulana Ishaq.

Selain pendakwah agama islam, dia juga dikenal sebagai seorang saudagar.

Konon ketika sedang berada di Campa, dia berhasil mengislamkan penguasa wilayah itu.

Di sana lalu Syekh Jumadil Qubro menikahkan putranya Ibrahim Asmaragandi dengan putri Raja Campa Dewi Candrawulan.

Perjalanan kemudian berlanjut ke wilayah Samudra Pasai Aceh.

Baca Juga: Bukan Hanya Sedekah Subuh, 3 Amalan ini Juga Bisa Membongkar Rezeki Mampet, Kata Syekh Ali Jaber

Dia didampingi oleh putra-putranya saat berdagang di wilayah Nusantara.

Syekh Jumadil Qubro diperkirakan tiba di Jawa pada tahun 1399 yang dimana pada saat itu ajaran hindu budha masih sangat kuat karena keberadaan kerajaan Majapahit.

Dia pun melakukan dakwah secara perlahan dan sembunyi-sembunyi.

Tetapi ternyata begitu banyak orang yang tertarik dengan islam, termasuk para bangsawan sehingga akhirnya dia pun memiliki banyak pengikut.

2. Syekh Maulana Akbar

Syekh Maulana Akbar adalah adik dari Syekh Nur Jati yang banyak menyebarkan islam di wilayah Kuningan Jawa Barat.

Dalam naskah Pangeran Wangsakerta tercatat bahwa Syekh Maulana Akbar merupakan putra dari Syekh Datuk Ahmad cucu Syekh Datuk Isa.

Keduanya dikenal sebagai ulama besar di Malaka.

Syekh Maulana Akbar datang ke Jawa setelah Syekh Nurjati dan membangun tempat dakwah di Cirebon.

Syekh Maulana Akbar juga lahir di Malaka sekitar abad ke 14.

Sejak remaja dia sudah belajar di Makkah, bahkan lebih dahulu daripada kakaknya.

Menurut catatan, dia tertarik berdakwah di Jawa Barat setelah mendengar cerita terkait kondisi nusantara dari Walangsungsang dan Rara Santang yang mengunjunginya di Makkah.

Syekh Maulana Akbar tiba di Kuningan sekitar tahun 1450.

Syekh Maulana Akbar mendirikan sebuah pondok di Desa Sidapurna Kuningan Jawa Barat.

Menurut catatan, Syekh Maulana Akbar menikahi Nyai Wandansari cucu Raja Sunda.

Dari pernikahan tersebut lahir seorang putra bernama Maulana Arifin, sang putra ini yang kemudian melanjutkan dakwahnya.

3. Syekh Quro

Syekh Quro dikenal juga dengan nama Syekh Hasanudin.

Syekh Quro berasal dari Campa yang merupakan putra dari seorang ulama besar yakni Syekh Yusuf Sidik.

Dia mendapatkan pengetahuan tentang islam dari ulama-ulama besar di Makkah.

Dalam sebuah cerita, disebutkan jika Syekh Quro pergi ke nusantara dalam perjalanan dakwah.

Dia ikut dalam rombongan orang-orang Cina yang ketika itu datang ke Campa.

Syekh Quro sebelumnya sempat mengajar islam di Kesultanan Malaka pada permulaan abad ke 15.

Dari sanalah kemudian ia melanjutkan dakwahnya ke pulau Jawa.

Menurut sejumlah catatan, daerah pertama yang disinggahinya adalah Cirebon yang merupakan wilayah kerajaan Galuh Sunda pada tahun 1418.

Dia pun kemudian mengajarkan ajaran islam dari tempat tersebut.

Namun Syekh Qur tidak lama tinggal di Cirebon, halangan dari para penguasa saat itu membuatnya terpaksa pergi meninggalkan Cirebon ke sekitar Karawang.

Di tempat barunya, Syekh Quro membangun pondok pesantren, dia dikenal memiliki suara yang merdu ketika membaca Al-quran.

Karena itulah salah satunya yang membuat banyak orang tertarik untuk mempelajari islam.

Demikianlah ulasan mengenai 3 ulama yang disebut sebagai Guru para Walisongo penyebar ajaran islam di pulau Jawa..***

Editor: Harry Tri Atmojo

Tags

Terkini

Terpopuler