Tips Penggunaan Obat Asam Lambung yang Tepat Menurut dr. Ema Surya Pertiwi, Dicatat ya!

- 17 Januari 2024, 19:30 WIB
Tips Penggunaan Obat Asam Lambung yang Tepat Menurut dr. Ema Surya Pertiwi, Dicatat ya!
Tips Penggunaan Obat Asam Lambung yang Tepat Menurut dr. Ema Surya Pertiwi, Dicatat ya! /

PORTAL SULUT - Dalam artikel ini, kita akan menemukan panduan praktis dari dr. Ema Surya Pertiwi tentang bagaimana menggunakan obat asam lambung dengan bijak dan efektif.

Tips ini dapat berguna bagi Anda, anggota keluarga, sahabat ataupun kerabat untuk menyembuhkan penyakit asam lambung.

Dicatat ya! Sebab, menurut dr. Ema Surya Pertiwi, mengkinsumsi obat asam lambung itu ternyata ada cara tersendiri yang perlu kita perhataikan lho.

Baca Juga: Tahun 2024 Jangan Lagi Membanding-bandingkan Anak ya Parents! Ketahui Beberapa Dampak Buruknya Ini

Ia mengingatkan bahwa sejatinya obat-obatan yang dapat mengatasi masalah asam lambung itu ada banyak jenisnya termasuk bagaiamana interaksinya.

Sebagaimana dilansir PortalSulut.com dari unggahan kanal Youtube dr.Emasuperr pada 17 Januari 2024.

1. Antasida

Antasida adalah obat yang umum digunakan untuk mengatasi masalah asam lambung. Biasanya, ketika seseorang mengalami gejala asam lambung, obat ini menjadi pilihan pertama mereka.

Antasida merupakan kombinasi dari AL(oh)3 dan MG(oh)2 yang memiliki sifat basah, sehingga dapat menetralkan peningkatan asam di lambung.

Namun, penting untuk mengonsumsi jenis obat ini dengan bijak dan memperhatikan beberapa hal.

Pertama, sebaiknya antasida dikonsumsi sebelum makan dan tidak dikombinasikan dengan obat lain seperti aspirin dan propanolol.

Disarankan untuk memberi jeda waktu minimal 30 menit antara mengonsumsi antasida dan makan.

Jadi, pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter atau apoteker sebelum mengonsumsi antasida jika Anda sedang menggunakan obat lain.

Perlu diingat juga bahwa antasida termasuk dalam golongan C pada kehamilan.

Artinya, penggunaannya hanya dianjurkan jika manfaatnya lebih tinggi daripada risikonya.

2. Agen Mucoprotector

Agen Mucoprotector memiliki fungsi penting dalam melindungi mukosa lambung.

Mereka bekerja dengan membentuk lapisan pelindung di dalam lambung untuk mencegah kerusakan pada dinding lambung akibat peningkatan asam lambung.

Contoh agen mucoprotector yang umum digunakan adalah sukralfat dan rebamipide. Biasanya, sukralfat diberikan oleh dokter spesialis penyakit dalam kepada pasien yang menderita GERD kronis.

Namun, perlu diperhatikan bahwa penggunaan sukralfat memiliki aturan tertentu karena sukralfat melapisi dinding lambung.

Untuk penggunaannya ebih baik diminum saat lambung dalam keadaan kosong.

Idealnya, sukralfat harus diminum 1-2 jam sebelum makan atau 4-5 jam setelah makan.

Hal ini penting untuk memastikan lambung dalam keadaan kosong agar sukralfat dapat melindungi lapisan dinding lambung dengan efektif.

Penggunaan obat ini termasuk dalam golongan B pada kehamilan, yang berarti obat ini dianggap aman untuk digunakan selama kehamilan.

Baca Juga: Waspada Dengan 5 Makanan Ini Dapat Memicu Stroke, TERBUKTI!

3. Antihistamin H2

Antihistamin H2 bekerja dengan cara menghambat reseptor H2 pada sel parietal di dalam lambung, sehingga mengurangi produksi asam lambung.

Dengan demikian, obat ini berfungsi sebagai penghambat keran yang menghasilkan asam lambung. Contoh obat antihistamin H2 yang umum digunakan adalah simetidin, rantidin, dan famotidin.

Penting untuk diketahui bahwa antihistamin H2 dapat dikonsumsi sebelum atau setelah makan.

Meskipun aman dikonsumsi bersamaan dengan makanan, namun obat ranitidin dan antihistamin H2 lainnya sebaiknya tidak dikonsumsi bersamaan dengan obat lain.

Berikan jeda minimal 1-2 jam antara penggunaan obat-obatan tersebut. Hal ini dikarenakan beberapa obat dapat saling mempengaruhi dan mengurangi atau meningkatkan efektivitasnya.

Sebagai contoh, mengonsumsi ranitidin bersamaan dengan loperamid (obat anti diare) dapat meningkatkan kadar loperamid dalam darah.

Sedangkan kombinasi ranitidin dengan obat anti diabetes seperti metformin dapat meningkatkan kadar metformin dalam tubuh.

Selain itu, pada perokok, ranitidin dapat menghambat pengeluaran zat nikotin dari tubuh, sehingga meningkatkan penumpukan nikotin dalam tubuh. Oleh karena itu, perlu berhati-hati dalam penggunaan ranitidin saat merokok.

Perlu diketahui bahwa ranitidin termasuk dalam kategori B pada ibu hamil, yang berarti obat ini dianggap aman untuk dikonsumsi selama kehamilan.

4. Pompa Proton Inhibitor

Berguna untuk masalah asam lambung, penggunaan obat golongan penghambat pompa proton (PPI) seperti omeprazol, lansoprazol, esomeprazol, dan pantoprazol juga efektif.

Obat-obatan ini bekerja dengan cara menghambat pompa proton, K+ H+ ATPase, di saluran asam lambung.

Untuk penggunaan yang optimal, disarankan untuk mengonsumsi obat ini sebelum makan dengan jeda minimal 30 menit.

Selain itu, hindari mengonsumsi obat PPI bersamaan dengan obat lain, berikan jeda sekitar 1 jam, karena dapat mempengaruhi penyerapan obat lain dalam tubuh.

Penting untuk diketahui bahwa penggunaan obat PPI pada ibu hamil termasuk dalam kategori C. Artinya, penggunaan obat ini dapat dipertimbangkan jika manfaatnya lebih besar daripada potensi efek sampingnya.

Namun, sebaiknya konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan obat PPI selama kehamilan.

5. Antikolinergik

Terakhir informasi mengenai obat antiolinergik yang digunakan untuk mengatasi masalah asam lambung.

Obat ini bekerja dengan menghambat reseptor muskarinik atau asetilkolin, yaitu zat kimia yang bertanggung jawab dalam mengirimkan sinyal antar sel saraf di lambung.

Ketika produksi asam lambung meningkat, obat antiolinergik dapat membantu meredakan gejala nyeri, ketidaknyamanan, mual, dan muntah pada penderita asam lambung.

Contoh obat antiolinergik yang sering digunakan adalah pirenzepin. Untuk mendapatkan hasil penyerapan yang optimal, obat ini sebaiknya diminum sebelum makan.

Mengonsumsi obat bersamaan dengan makanan dapat mengurangi efektivitas obat tersebut.

Namun, perlu diingat bahwa penggunaan obat antiolinergik harus dilakukan dengan hati-hati, terutama bagi penderita gangguan ginjal, terutama gagal ginjal stadium akhir.

Selain itu, bagi ibu hamil, obat ini termasuk dalam kategori C, yang berarti penggunaannya harus dipertimbangkan dengan hati-hati.

Keputusan penggunaan obat pada ibu hamil harus mempertimbangkan manfaat yang diperoleh lebih besar daripada risiko yang mungkin timbul.

Dalam penggunaan obat antiolinergik, perlu diingat bahwa setiap individu memiliki kondisi kesehatan yang unik.

Oleh karena itu, termasuk dengan jenis atau golonga obat asam lambung yang telah disebut di atas. Sebaiknya konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan obat-obatan ini terutama jika Anda sedang hamil.

Semoga Bermanfaat.***

Editor: Harry Tri Atmojo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah