Anak Anda Kejang Demam, Ga Perlu Panik, Lakukan Hal Ini

- 2 Juli 2022, 05:39 WIB
Anak Anda Kejang Demam, Ga Perlu Panik, Lakukan Hal Ini
Anak Anda Kejang Demam, Ga Perlu Panik, Lakukan Hal Ini /

PORTAL SULUT - Pernahkah Sobat Sehatku melihat anak kejang atau step saat demam tinggi atau justru anak Anda sendiri pernah mengalaminya? Tentunya sebagai orang tua Sobat Sehatku akan panik sambil berharap kejang akan berhenti.

Kejang demam selalu menjadi momok menakutkan bagi orang tua apalagi jika itu pertama kalinya melihat anak kejang.

Yuks kenali lebih jauh mengenai kejang demam pada anak sebagaimana disarikan dari bahan paparan Bincang Santuy Bersama Dukun Bayi di Puskesmas Tepus I.

Baca Juga: Untuk Tumbuh Kembang Anak, Seorang Ayah Harus Sering Mencium 4 Titik Ini Pada Anaknya

Apa itu Kejang Demam ?

Kejang demam atau dalam istilah medis disebut febris konvulsi adalah kondisi kejang yang diikuti demam dengan suhu lebih dari 38 º Celsius, tanpa disertai dengan penyakit di luar jaringan otak.

Kejang yang terjadi pada anak saat mengalami demam tinggi ini dapat berlangsung beberapa detik atau hingga 15 menit yang umumnya diikuti dengan kantuk.

Meski terlihat menakutkan, American Academy of Pediatrics menyatakan bahwa kejang demam pada anak biasanya bukanlah keadaan darurat medis, mayoritas kejang demam pada anak akan berakhir dengan sendiri dalam waktu normal lima menit. Kejang demam juga akan hilang sendiri seiring pertambahan usia si kecil.

Kejang demam berbeda dengan epilepsi atau ayan. Epilepsi ditandai dengan kejang berulang tanpa perlu menyertai demam.

Trus apa sih penyebabnya?

Biasanya, suhu tubuh yang lebih tinggi dari normal menyebabkan kejang demam. Bahkan demam ringan dapat memicu kondisi ini. Selain suhu tubuh yang tinggi, ada beberapa kondisi juga yang menjadi penyebab dari kondisi tersebut, yaitu:

• Infeksi : infeksi virus, dan lebih jarang oleh infeksi bakteri, Virus flu (influenza) dan virus penyebab roseola, yang sering disertai demam tinggi

• Pasca vaksinasi : walaupun jarang, kejang demam dapat terjadi akibat efek samping dari vaksin tertentu, seperti vaksin difteri, tetanus, pertusis terutama setelah vaksinasi campak gondok rubella (MMR). Demam biasanya terjadi 8-14 hari setelah injeksi

Selain itu terdapat sejumlah faktor risiko yang diduga meningkatkan terjadinya kejang demam, terutama yang berulang, yaitu:

• Usia : lebih sering dialami oleh anak usia 6 hingga 60 bulan.

• Faktor genetik : anak yang memiliki keluarga yang mengalami kejang demam dapat meningkatkan risiko akan mengalami kondisi yang sama.

• Ras : lebih sering terjadi pada anak-anak keturunan Jepang dan populasi Pulau Pasifik tertentu.
• Infeksi virus : Infeksi virus flu dan campak lebih memungkinkan anak mengalami kejang demam

• Berat badan : Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR), kelahiran prematur, dan keterlambatan perkembangan dapat menjadi pemicu mengalami kejang demam.

• Demam tinggi

Baca Juga: Inilah 4 Titik Pada Anak yang Harus Sering Dicium Orang Tua, Terutama Ayahnya

Apa saja gejala kejang demam?

Terdapat 2 jenis kejang demam:

1. Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)
Kejang demam sederhana berlangsung singkat, kurang dari 2 menit sampai 15 menit. Umumnya, jenis kejang demam ini akan berhenti dengan sendirinya.

Selain itu, kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kondisi ini paling banyak terjadi dengan persentase 80% di antara seluruh kejang demam.
Gejala kejang demam sederhana adalah:

• Hilang kesadaran

• Anggota tubuh kejang atau berkedut. Biasanya berpola ritmik

• Setelah kejang, penderitanya cenderung kebingungan atau kelelahan. Namun lengan atau kaki tidak lemah.

2. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)
Jika kejang demam berlangsung lebih dari 15 menit, maka termasuk kejang demam kompleks (complex febrile seizure). Bahkan, biasanya kondisi ini terjadi berulang atau lebih dari satu kali dalam 24 jam.

Gejala kejang demam kompleks yang umum sama dengan simple febrile seizure yaitu kehilangan kesadaran, dan anggota tubuh kejang atau berkedut. Namun, pada complex febrile seizure juga menimbulkan gejala kelemahan sementara, yang biasanya pada satu lengan atau tungkai.

Jika demam terjadi berulang, maka suhu tubuh anak untuk kejang pertama kemungkinan besar lebih rendah. Lalu step berikutnya akan kembali muncul dalam waktu satu tahun setelah kejang awal tetapi suhu demam mungkin tidak setinggi kejang demam pertama.
Pencegahan Kejang Demam

Meskipun Sobat Sehatku tidak dapat mencegah kejang demam, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi kemungkinan anak Anda terkena demam, yaitu:
• Memberikan anak obat penurun panas saat mengalami demam
• Jangan menggunakan pakaian tebal saat anak demam
• Beri si kecil banyak cairan untuk mencegah dehidrasi saat demam
• Segera mengobati infeksi yang mungkin menyebabkan demam

Perlu diketahui bahwa pemberian obat-obatan penurun panas saat anak sakit tidak mencegah kejang demam.

Penanganan kejang demam

Berikan obat penurun panas saat si kecil demam. Obat anti kejang akan diberikan sesuai rekomendasi dokter untuk mencegah kejang terjadi.

Baca Juga: Begini Rahasia Mamaku Dalam Mengatasi Flu dan Radang Tenggorokan Anak-anaknya Selama Ini, Pantesan Cespleng!

Namun, untuk melindungi anak dari cedera selama mengalami kejang demam, orang tua dapat melakukan beberapa hal berikut di rumah sebagaimana dilansir Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI):
• Tetap tenang dan tidak panik.
• Longgarkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher.
• Jika si kecil tidak sadarkan diri, letakkan ia dalam posisi miring. Bila ada muntah, bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidungnya.
• Bila lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu ke dalam mulut.
• Ukur suhu, observasi, dan catat bentuk dan lama kejang yang terjadi.
• Dampingi si kecil selama dan sesudah kejang.

Meskipun umumnya tidak berbahaya dan hanya terjadi sebentar, segera hubungi dokter jika anak mengalami kejang demam untuk pertama kalinya. Orang tua juga perlu waspada jika kejang demam terjadi selama lebih dari 5 menit dan diiringi muntah, leher kaku, dan sesak napas.

Semoga artikel ini bermanfaat.***

Editor: Harry Tri Atmojo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah