PORTAL SULUT - "Jarimu harimaumu" merupakan ungkapan yang relatif baru untuk mengingatkan agar kita berhati-hati dalam bermedia sosial di dunia digital saat ini.
Faktanya, berdasarkan data tahun 2021, sebanyak 70 persen perusahaan melakukan penelitian online saat merekrut pegawai dan 66 persen melihat jejak digital di Facebook.
Kemudian, 70 pesen manajer menolak kandidat berdasarkan informasi yang didapatkan dari online.
Baca Juga: Kurangi Risiko Penurunan Kesehatan Otak, dari Bermain Secara Teratiur hingga Atur Pernapasan
Demikian Dr. Harry Nenobais, akademisi Universitas Moestopom ungkapkan dalam Webinar Ngobrol Bareng Legislator dengan tema waspada Jejak Digital dan Karier Masa Depanmu.
Mengutip Pikiran-Rakyat.com, jejak digital aktif bisa jadi bahan pertimbangan bagi perekrutan calon pegawai atau karyawan sebuah perusahaan.
Demikian juga di lembaga pemerintahan, calon penerima beasiswa, promosi jabatan dan sebagainya.
Bahkan jejak digital menciptakan dan menggambarkan kepribadian kita di mata orang lain, melalui apa yang kita posting dan komentari pada media sosial.
Saat ini, sebagian besar orang mengganggap apa yang terjadi pada seseorang di media sosial merupakan jati diri mereka sebenarnya.
"Sebanyak 85 persen manajer dipengaruhi jejak digita positif saat mengambil keputusan," kata Harry.